Old and New, Dulu dan Kini, adalah histori yang mengisi sebuah lapak kehidupan tatkala ada pelaku dan lapak yang dilalui. Dulu kita siapa, kini siapa, dulu kita ngapain, kini ngapain. Semoga kita tetap bermanfaat bagi sesama.
Dulu, jamannya bioskop masih menjadi rujukan yang cukup bergengsi dalam melepas penat di akhir pekan, saya termasuk sering, bahkan hampir tiap hari nonton. ya, nonton film. Bukan untuk gengi-gensian, tapi memang seneng. Tapi itu dulu. Ya, dulu banget. saat masih kuliah S1. Saat usia masih 20-an. Nontonnya rame-rane, sama anak-anak se-kos. Film yang murah meriah, yang penting bisa menikmati film yang tentu sering kepotong. Maklum, film 500-an. Ya, Rp. 500,- HTM. Waktu itu seharga sebungkus nasi pecel di Warung Sederhana. Nama warungnya “Sederhana”. Sesederehana kami pelanggan setianya.

Eh kok jadi ngomongin warung nasi pecel…
Old and New, saat itu adalah program bioskop yang diputar setiap akhir tahun, pada malam pergantian tahun. Film yang diputar adalah film edisi lama (old) dan film edisi baru (new).
Mirip Old and New, harian anak perusahaan harian nasional cukup bergengsi, Jawa Pos, memiliki rubrik “Dulu dan Kini”, yang di kota saya baru dibesut enam bulanan lalu jika dihitung dari saat tulisan ini saya terbitkan di sini.
Suatu ketika, beberapa hari lalu, saya ditelpon oleh Mbak Putri, wartawan Radar Bromo, anak perusahaan Jawa Pos di daerah saya. Sebelumnya dia kontak saya via WhatsApp, minta waktu mau wawancara. Saya kira tentang pemilu atau tentang situasi sosial seperti biasanya teman-teman wartawan media online.
Sejak media online merajai dunia kangouw perkabaran di jagad tanah air, saya telah lama tidak nongol di media massa cetak. Gak seperti dulu ketika sering dimintai komentar, ya.. ketika saya waktu itu masih menjadi sesuatu hehe…
Lha ini Mbak Putri bilang mau wawancara untuk mengisi rubrik “Dulu dan Kini”, semacam profil saya untuk media tersebut. Saya hanya berharap, semoga profil saya cukup pantas untuk “menghiasi” atau malah mengacaukan tampilan koran yang terbit di 4 kota / kabupaten ini.
Ya, lumayan, itung-itung numpang nampang gratis hehe… Tapi Mbak Putri bilang, malah dia yang berterima kasih. Benar-benar teman yang surplus akhlak itu anak hehe…
Okelah sama-sama seneng… Saya numpang nampang hehe… dan mbak Putri dapat mengisi rubriknya, untuk edisi kali ini. Ya semoga saja kehadiran mukaku dan penggalan kisahku dapat bermanfaat dan bikin orang gembira, bukan jadi ‘gilo’ hehehe…
Yang lebih penting, semoga kehadiran kita selalu dapat memberikan manfaat dan kegembiraan bagi orang-orang di sekitar kita itu.
Ditulis oleh Wawan Kuswandoro
Pendiri Yayasan Wahana